Jurnal Alat Bantu Jalan Tripod Menggunakan Pendekatan Antropometri

Perancangan Alat Bantu Jalan Tripod Menggunakan Pendekatan Antropometri sebagai Solusi Pasien Gangguan Keseimbangan
Nanda Nurfadilah1*, Lukluk Mukhoyaroh2#

Abstract.   Every human has its advantages and disadvantages, when a person is born with a handicap with no legs that person will be permanently disabled. But not just because of birth factors. There may be accidents or diseases that humans experience in their natural development. For humans who have difficulty walking because of illnesses such as strokes, osteoarthritis joint knees, and disturbed balance in older ones can impede their activities. Because of that, researchers have proposed the idea of a tripod walker for patients with a balance problem. It is designed based on anthropometrics approach. With this product, it is expected that the patient will be able to travel more easily to avoid interference. And it is expected to drive innovation in the design of the ergonomi systems

Keywords: walk, disabled and tripod

Abstrak.  Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan, ketika seseorang yang dilahirkan cacat tanpa kaki maka orang tersebut akan cacat permanen. Tetapi kecacatan tidak hanya karena faktor kelahiran. Bisa saja diakibatkan oleh kecelakaan atau penyakit yang dialami manusia dalam masa pertumbuhannya. Bagi manusia yang kesulitan berjalan dikarenakan penyakit seperti stroke, osteoarthritis sendi lutut, dan gangguan keseimbangan pada lansia dapat menghambat aktivitas mereka. Oleh karena itu, peneliti mengusulkan gagasan berupa alat bantu jalan tripod untuk pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. Alat ini dirancang berdasarkan pendekatan antropometri. Hadirnya produk ini, diharapkan pasien dapat berjalan dengan lebih mudah sehingga aktivitas tidak terganggu. Dan  produk ini diharapkan mampu mendorong inovasi di bidang perancangan sistem kerja dan ergonomi

Kata Kunci: berjalan, cacat dan tripod



I.     Pendahuluan[1]

Dalam kehidupan, tidak semua manusia dilahirkan dalam keadaan sempurna. Ketika bayi yang dilahirkan cacat tanpa kaki atau tidak cukupnya anggota tubuh maka bayi tersebut akan cacat permanen, yang artinya bayi tersebut tidak akan bisa berjalan hingga usia dewasa bahkan seumur hidup. Kecacatan tidak hanya karena faktor kelahiran, tetapi bisa diakibatkan oleh kecelakaan dan penyakit yang dialami manusia dalam waktu pertumbuhanya.  Ortopaedi (juga dieja orthopedi) adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang cedera akut, kronis, dan trauma serta gangguan lain sistem muskuloskeletal. Dokter bedah ortopedi menghadapi sebagian besar penyakit muskuloskeletal termasuk artritis, trauma (akibat kecelakaan) dan kongenital menggunakan peralatan bedah dan non - bedah (id.wikipedia.org/wiki/ortopedi). Penyandang cacat (difabel) terdapat di semua bagian dunia dan pada semua tingkatan masyarakat. Jumlah penyandang cacat di dunia saat ini besar dan senantiasa bertambah, baik penyebab maupun akibat kecacatan yang terjadi bervariasi. Berdasarkan data sensus penyandang cacat yang dilakukan oleh Kementrian Sosial Republik Indonesia pada tahun 2009, di Indonesia dari 14 propinsi yang di data yang terdiri dari Jambi, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan dan Gorontalo, terdapat 1.167.111 orang penyandang cacat. Cacat yang paling banyak dialami adalah cacat kaki sebesar 20,04 % dari total penyandang cacat (www.kemsos.go.id). Tingkat penderita cacat kaki yang tinggi di Indonesia yaitu mencapai 20,04 % dari total penyandang cacat yang ada akan mempengaruhi permintaaan atas alat bantu jalan pasien. Masing-masing alat bantu jalan memiliki cara penggunaan yang berbeda. Ada beberapa faktor yang dipertimbangkan untuk 1-2 menentukan pola berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan, antara lain kemampuan pasien untuk melangkah dengaan satu / kedua tungkai, kemampuan menahan bebab dan keseimbangan pasien dengan satu kaki / kedua tungkai, dan kemampuan mempertahankan tubuh dalam posisi berdiri. Oleh karena itu, desain alat bantu jalan tripod, Indikasi penggunaannya digunakan untuk pasien stroke, osteoarthritis sendi lutut, dan gangguan keseimbangan pada lansia.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul Perancangan Alat Bantu Jalan Tripod Menggunakan Pendekatan Antropometri sebagai Solusi Pasien Stroke, Sendi Lutut dan Gangguan Keseimbangan pada Lansia. Penelitian ini dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami gangguan jalan karena kelemahan di salah satu tungkai di Yogyakarta. Produk ini dirancang dengan tujuan untuk memudahkan pasien berjalan dengan inovasi tongkat dengan kaki tiga standar, tinggi rendahnya tongkat dapat diatur sesuai kebutuhan sehingga tongkat ini nyaman dipakai dan dapat menjaga keseimbangan tubuh.

II.     Metode Penelitian

Pada penelitian ini, digunakan dua jenis sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Dimana sumber data primer kami peroleh dengan cara membagikan kuosioner kepada 30 responden yang mengalami gangguan keseimbangan di Yogyakarta. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kajian beberapa jurnal baik nasional maupun internasional. Data- data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode antropometri.
Antropometri berasal dari kata “antro” yang berarti manusia, dan “metri” yang berarti ukuran. Antropometri merupakan sebuah metode pengukuran dimensi tubuh manusia yang memungkinkan untuk digunakan dalam melakukan perancangan (Santoso, et al., 2014). Dimensi dalam antropometri terbagi menjadi dua, yaitu dimensi ruang dan dimensi jangkauan. Dimensi ruang merupakan area minimum yang diperlukan operator dalam melakukan pekerjaannya dan ditentukan dari orang terbesar dalam populasi operator, sedangkan dimensi jangkauan adalah area maksimum yang diijinkan operator untuk melakukan pekerjaannya dan ditentukan dari orang terkecil dalam populasi operator. Berikut merupakan flowchart alur penelitian :

Gambar 1. Flowchart Penelitian

Penelitian ini diawali dengan menentukan objek penelitian dan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi. Sehingga diperoleh objek dari penelitian ini adalah pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. Permasalahan yang diambil yaitu terkait adanya kesulitan dalam berjalan. Dilanjutkan dengan tahap pencarian data pendukung yang berasal dari jurnal-jurnal, website dan lain sebagainya terkait penelitian terdahulu yang mendukung.
Tahap berikutnya yaitu pengumpulan data yang dibutuhkan, dalam hal ini data antropometri berupa ukuran dimensi tubuh pasien. Adapun metode dalam pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuosioner kepada 30 responden yang nantinya akan digunakan dalam pengolahan data antropometri. Data-data antropometri yang diperoleh kemudian diolah menggunakan rumus yang telah ditentukan sehingga menghasilkan ukuran yang akan digunakan dalam perancangan produk setelah menghitung persentil.
Tahap selanjutnya yaitu merancang desain produk yang telah disesuaikan dengan ukuran yang didapatkan dari hasil pengolahan data antropometri. Tahap akhir dari penelitian ini adalah menghasilkan rekomendasi perancangan kursi kerja yang ergonomi bagi pasien yang mengalami gangguan keseimbangan. Dengan tahap-tahap yang telah dilakukan, maka penelitian ini berakhir.

III.     Hasil dan Pembahasan

Pada tahap ini, Data yang terkumpul berasal dari kuosioner yang telah diisi oleh 30 pasien di Yogyakarta. Data tersebut berupa data antropometri dengan 3 dimensi pasien, antara lain Tinggi Siku Berdiri (TSB), Panjang Telapak Tangan sampai Ujung Jari (TUJ), dan Diameter Lingkar Genggam (DLG).
Tabel 1. Data Antropometri
No
Nama
TSB
TUJ
DLG
1
Lukluk Mukhoyaroh
102
16
5,5
2
Taufan Aji wijowo
111
17
6,1
3
M. Ilham F
105
16
5,7
4
Prasetyo Atmaja
105
14
6
5
Ary Priadody
105
11
5,4
6
Wawan
110
17
5,3
7
Darmawan
104
19
5,5
8
Agus Putra Pamungkas
104
16
6,2
9
Achmad Zaki Yamani
105
22
6,3
10
Sigit P
111
22
5,5
11
Arfan
109
13
6,1
12
Ikhtiar Fahrudin
105
15
5,3
13
Sidik Dwi Abriyudi
105
19
5,5
14
Aji Nur Zam
104
11
5,7
15
Khoirul Anwar
106
15
5,8
16
Mahartika Riantari
109
17
5,9
17
Sulistyo
105
10
5,1
18
M.A. Imaududi
105
21
5,5
19
Robi Nadi kusuma
111
17
6,1
20
Dodi
110
13
6,2
21
Dedi firmansyah
110
20
6,1
22
Trioso Kuncoro
106
16
5,5
23
Zaenal
107
20
5,4
24
M. Khotib
111
13
5,7
25
Andika
111
11
5,9
26
Kusuma Ferdianto
105
12
5,8
27
Ahmad Beny latief
105
15
5,6
28
M. Ikhsan
110
15
5,5
29
Darma
111
11
6,1
30
Wahyu Widodo
110
17
6,2

Data yang sudah terkumpul dimasukkan kedalam rumus untuk mencari kecukupan data, uji keseragaman, batas kontrol, dan persentil.
Tabel 2. Rumus


Tabel 3. Hasil

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dimensi tinggi siku berdiri (TSB) dan diameter lingkar genggam (DLG) mempunyai data yang cukup karena nilai N’  ≤ 30, sedangkan panjang telapak tanan sampai ujung jari mempunyai data yang tidak cukup dikarenakan N’  30

IV.     Simpulan

Melihat Dari seluruh data yang sudah diolah dengan 3 dimensi yaitu tinggi siku berdiri (TSB), panjang telapak tangan sampai ujung jari (TUJ) dan diameter lingkar genggam dapat disimpulkan bahwa :
1.     Uji kecukupan data dari 2 dimensi (tinggi siku berdiri dan diameter lingkar genggam) yaitu, cukup dengan   N sedangkan dimensi panjang telapak tangan sampai ujung jari yaitu   N
2.   Uji keseragaman data dari dimensi
a)      Tinggi siku berdiri menggunakan P95
b)      Panjang telapak tangan menggunakan P95
c)      Diameter lingkar genggam menggunakan P95
Jika batas kontrolnya 3 maka semua data masuk range antara BKA dan BKB maka data tersebut dikatakan seragam. Dengan batas control 3 dari data-data nilai yang didapatkan setiap dimensi,.

Ucapan Terima kasih

Terima kasih disampaikan kepada  Dosen pengampu mata kuliah Analisa Perancangan Kerja dan Ergonomi,  serta Jurusan Teknik Industri dan Fakultas  Sains dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta atas segala  bentuk dukungan dalam penelitian yang dilakukan.

Daftar Pustaka

Benner, M.; Linnemann, A.R.; Jongen, W.M.F.; Folstar, P. (2002). “Quality Function Deployment (QFD)  – Can   It Be Used to Develop Food Product”. Food Quality and Preference, Vol. 14 (4), 327-339.
Bouchereau, V.; Rowlands, H. (1999).  “Analytical approach to QFD”. Manufacturing Engineer, Vol. 78 (6), 249-254.
Kementerian Kesehatan, (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. http://www.depkes.go.id. Dilihat pada 22 Februari 2018.
Rauch, E.; Matt, D.T.; Dallasega, P. (2016). “Application of Axiomatic Design in Manufacturing System Design: A Literature Review”. Procedia CIRP, Vol. 53, 1-7.
Sugiyono (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Ulrich, K. T.; Epingger, S.D. (2001). Perencanaan dan Pengembangan Produk. Yogyakarta: UII Press.
Vidosic, J.P. (2012). Machine Design Projects. New York: Ronald Press.









 




1,2 Jurusan Teknik Industri – Fakultas Sains dan Teknologi – Universitas Teknologi Yogyakarta – Jl. Glagahsari no 63, Yogyakarta - 55165


Diajukan:                             Diperbaiki:
Disetujui:

Comments